Sabtu, 24 November 2012

PSOSES SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN


Sering kita mendengar pendapat orang mengenai perilaku atau perangai si A yang baik dan perangai si B yang buruk. Orang mengartikan sikap ini atau perangai dan tingkah laku tersebut sebagai kepribadian (personality) seseorang.
Menurut Yinger,kepribadian adalah keseliruhan perilaku seorang individu dengan system kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Ungkapan system kecendrungan tertentu tersebut menyatakan bahwa setiap orang mempunyai cara berprilaku yang khas,seperti sikap,bakat adat,kecakapan,kebiasaan,dan tindakan yang sama setiap hari.
Sementara ungkapan interaksi dengan serangkaian situasi menyatakan bahwa prilaku merupakan produk gabungan dari kecendrungan prilaku seseorang dan situasi prilaku yang di hadapi seseorang. Contoh,sesekali waktu Andi berbohong pada orang tuanya untuk menutupi nilai ulangannya yang jelek. Karna orang tuanya percaya,lain waktu ia berbohong lagi . Tindakan berbohongnya itu ia ulangi terus menerus pada situasi yang hampir sama sehingga membentuk pola perilaku dan menjadi kepribadiannya.
Dalam sosiologi,istilah kepribadian dikenal dengan sebutan diri (self). Sosiologi bertujuan untuk membentuk diri seseorang agar dapat bertindak dan berprilaku sesuai dengan nilai dan norma yang di anut oleh masyarakat di mana ia tinggal
Menurut George Herbert Mead dalam bukunya Mind self and society (1972),ketika manusia lahir ia belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang tahap demi tahap melaui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Setiap anggota baru dalam masyarakat harus mempelajari peran peran yang ada dalam masyarakat. Dalam proses ini,seseorang belajar mengetahui peran apa yang harus di jalankan dirinya dan apa yang dijalankan orang lain. Ada tiga tahap perkembangan diri manusia,yaitu:
1.       Play stage
Dalam tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang-orang yang ada di sekitarnya. Contoh: kita sering melihat anak kecil bermain menjadi polisi atau menjadi dokter. Pada tahap ini anak kecil itu belum mengetahui sepenuhnya memahami isi peran-peran yang ditirunya. Ia belum mengetahui mengapa polisi menangkap panjahat atau mengapa dokter menyuntik pasien.

2.       Game stage
                  Pada tahap ini seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang harus di jalankannya,tetapi telah mengetahui peran yang di jalankan orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Contohnya dalam bermain sepak bola ia menyadari adanya peran sebagai wasit,sebagai kipper dan penjaga garis.

3.       Generalized other
Pada tahap ketiga dari sosialisasi anak telah mampu mengambil peran-peran orang lain yang lebih luas (generalizd other),tidak sekedar orang-orang terdekatnya. Dalam tahap ini ia mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karna telah memahami peran dirinya dan peran orang lain. Contoh ; sebagai siswa ia memahami peran guru,sebagai anak ia memahami peran orang tua. Jika anak sudah mencapai tahap ini maka ia telah mempunyai suatu diri.


AGEN-AGEN SOSIALISASI
Dalam sosiologi pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi disebut sebagai agen atau media sosialisasi. Fuller dan Javobs mengidentifikasi ada empat agen soaialisasi utama yaitu ;
·         Keluarga
Pada awal kehidupan seseorang agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung dan tidak hanya itu saja tetapi juga ada paman,bibi,kakek dan nenek yang di kenal dengal keluarga luas (extended family)
Gertrude Jaeger mengemukakan bahwa peran agen sosialisasi pada tahap awal,terutama peran orang tua sangat penting. Penting nya keluarga sebagai agen sosialisasi pertama terletak pada beberapa kemampuan yang di ajarkan pada tahap ini.
Seorang bayi akan belaja verbal atau non verbal pada tahap ini. Ia belajar berkomunikasi melalui pendengaran,indra perasa,dan sentuhan fisik.
Pada masyarakat modern,seorang anak sangat tergantung pada cara orang tua atau keluarga mendidiknya. Melaui interaksi dalam keluarga anak mempelajari pola prilaku,sikap,keyakinan,cita-cita dan nilai dalam masyarakat.
Contoh : pola prilaku dan sikap anggota keluarga yang cendrung disiplin akan mudah terinternalisasi dalam diri seorang anak sehingga menjadikannya selalu bersikap disiplin
·         Sepermainan
Setelah anak dapat berjalan,,berbicara dan berpergian, ia mulai bertemu dan berinteraksi dengan teman sebayanya, yang biasanya berasal dari keluara lain. Pada tahap ini anak memasuki masa game stage fase dimana ia mulai mempelajari berbagai aturan tentang paranan yang orang-orang yang kedudukannya sederajat. Dengan bermain ia mulai mengenal nilai-nilai keadilan,kebenaran,toleransi,atau soladaritas. Contohnya bermain dengan teman tidak boleh curang atau mnang sendiri,apabila curang dan mau menang sendiri maka tidak ada yang ingin bermain dengannya.

·         Sekolah
Di sini seseorang akan mempelajari hal baru yang tidak diajarkan di keluarga maupun di sekelompok sepermainannya. Sekolah mempersiapkannya untuk peran-peran baru di masa yang mendatang saat ia tidak tergnatung lagi pada orang tuanya. Sekolah tidak saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mempengaruhi perkembangan intelektual anak,tetapi juga mempengaruhi hal lain seperti kemandirian,tanggung jawab,dan tata tertib.
Menurut Dreeben,di sekolah anak harus belajar mandiri. Apabila di rumah anak dapat mengharapkan bantuan orang tuanya dalam melakukan berbagai pekerjaan,maka di sekolah sebagian besar tugas harus di lakukan sendiri dengan rasa penuh tanggung jawab. Di sekolah ,kegiatan siswa dan penilaian terhadap kelakuan meraka di batasi secara spesifik.
·         Media Massa
Media massa merupakan bentuk komunikasi dan reakreasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Minat anak-anak dalam terhadap siaran di televisi yang menayangkan berbagai jenis film,membuat media ini begitu dominan dalam proses sosialisasi karna anak anak lebih banyak menghabiskan di depan layar televise di bandingkan dengan waktu yang di gunakan untuk belajar. Penayangan film-film keras dan brutal melalui televisi dapat menimbulkan prilaku dan menimbulkan prilaku yang keras,selain itu dapat pula mempengaruhi sikap dan prilaku agresif pada anak-anak. Iklan yang di tayangkan melalui televisi pun mempunyai potensi untuk memicu perubahan pola konsumsi atau gaya hidup masyarakat. Pesan-pesan yang di pelajari dari setiap prilaku sosialisasi tidak selalu sepadan satu dengan yang lain. Apa yang dia ajarkan keluarga bias jadi berbeda dengan apa yang di ajarkan oleh kelompok sepermainan atau sekolah. Contohnya seorang anak dilarang keras oleh keluarganya menggunakan obat terlarang,sebab bias menbahayakan tubuhnya. Namun,di lingkungan sepermainan anak itu tidak bisa menolak ajakan temannya untuk mengkonsumsi obat terlarang.



sumber : google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar