Sering
kita mendengar pendapat orang mengenai perilaku atau perangai si A yang baik
dan perangai si B yang buruk. Orang mengartikan sikap ini atau perangai dan
tingkah laku tersebut sebagai kepribadian (personality) seseorang.
Menurut
Yinger,kepribadian adalah keseliruhan perilaku seorang individu dengan system
kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Ungkapan
system kecendrungan tertentu tersebut menyatakan bahwa setiap orang mempunyai
cara berprilaku yang khas,seperti sikap,bakat adat,kecakapan,kebiasaan,dan
tindakan yang sama setiap hari.
Sementara
ungkapan interaksi dengan serangkaian situasi menyatakan bahwa prilaku
merupakan produk gabungan dari kecendrungan prilaku seseorang dan situasi
prilaku yang di hadapi seseorang. Contoh,sesekali waktu Andi berbohong pada
orang tuanya untuk menutupi nilai ulangannya yang jelek. Karna orang tuanya percaya,lain
waktu ia berbohong lagi . Tindakan berbohongnya itu ia ulangi terus menerus
pada situasi yang hampir sama sehingga membentuk pola perilaku dan menjadi
kepribadiannya.
Dalam
sosiologi,istilah kepribadian dikenal dengan sebutan diri (self). Sosiologi bertujuan
untuk membentuk diri seseorang agar dapat bertindak dan berprilaku sesuai
dengan nilai dan norma yang di anut oleh masyarakat di mana ia tinggal
Menurut
George Herbert Mead dalam bukunya Mind self and society (1972),ketika manusia
lahir ia belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang tahap demi tahap melaui
interaksi dengan anggota masyarakat lain. Setiap anggota baru dalam masyarakat
harus mempelajari peran peran yang ada dalam masyarakat. Dalam proses
ini,seseorang belajar mengetahui peran apa yang harus di jalankan dirinya dan
apa yang dijalankan orang lain. Ada tiga tahap perkembangan diri manusia,yaitu:
1.
Play stage
Dalam tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil
peran orang-orang yang ada di sekitarnya. Contoh: kita sering melihat anak
kecil bermain menjadi polisi atau menjadi dokter. Pada tahap ini anak kecil itu
belum mengetahui sepenuhnya memahami isi peran-peran yang ditirunya. Ia belum
mengetahui mengapa polisi menangkap panjahat atau mengapa dokter menyuntik
pasien.
2.
Game stage
Pada tahap ini seorang anak
tidak hanya mengetahui peran yang harus di jalankannya,tetapi telah mengetahui
peran yang di jalankan orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Contohnya dalam
bermain sepak bola ia menyadari adanya peran sebagai wasit,sebagai kipper dan
penjaga garis.
3.
Generalized other
Pada tahap ketiga dari sosialisasi anak telah mampu mengambil
peran-peran orang lain yang lebih luas (generalizd other),tidak sekedar
orang-orang terdekatnya. Dalam tahap ini ia mampu berinteraksi dengan orang
lain dalam masyarakat karna telah memahami peran dirinya dan peran orang lain.
Contoh ; sebagai siswa ia memahami peran guru,sebagai anak ia memahami peran
orang tua. Jika anak sudah mencapai tahap ini maka ia telah mempunyai suatu
diri.
AGEN-AGEN SOSIALISASI
Dalam
sosiologi pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi disebut sebagai agen atau
media sosialisasi. Fuller dan Javobs mengidentifikasi ada empat agen
soaialisasi utama yaitu ;
·
Keluarga
Pada awal
kehidupan seseorang agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung
dan tidak hanya itu saja tetapi juga ada paman,bibi,kakek dan nenek yang di
kenal dengal keluarga luas (extended family)
Gertrude
Jaeger mengemukakan bahwa peran agen sosialisasi pada tahap awal,terutama peran
orang tua sangat penting. Penting nya keluarga sebagai agen sosialisasi pertama
terletak pada beberapa kemampuan yang di ajarkan pada tahap ini.
Seorang bayi
akan belaja verbal atau non verbal pada tahap ini. Ia belajar berkomunikasi
melalui pendengaran,indra perasa,dan sentuhan fisik.
Pada
masyarakat modern,seorang anak sangat tergantung pada cara orang tua atau
keluarga mendidiknya. Melaui interaksi dalam keluarga anak mempelajari pola
prilaku,sikap,keyakinan,cita-cita dan nilai dalam masyarakat.
Contoh : pola
prilaku dan sikap anggota keluarga yang cendrung disiplin akan mudah
terinternalisasi dalam diri seorang anak sehingga menjadikannya selalu bersikap
disiplin
·
Sepermainan
Setelah anak
dapat berjalan,,berbicara dan berpergian, ia mulai bertemu dan berinteraksi
dengan teman sebayanya, yang biasanya berasal dari keluara lain. Pada tahap ini
anak memasuki masa game stage fase dimana ia
mulai mempelajari berbagai aturan tentang paranan yang orang-orang yang
kedudukannya sederajat. Dengan bermain ia mulai mengenal nilai-nilai
keadilan,kebenaran,toleransi,atau soladaritas. Contohnya bermain dengan teman
tidak boleh curang atau mnang sendiri,apabila curang dan mau menang sendiri
maka tidak ada yang ingin bermain dengannya.
·
Sekolah
Di sini
seseorang akan mempelajari hal baru yang tidak diajarkan di keluarga maupun di
sekelompok sepermainannya. Sekolah mempersiapkannya untuk peran-peran baru di
masa yang mendatang saat ia tidak tergnatung lagi pada orang tuanya. Sekolah
tidak saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mempengaruhi
perkembangan intelektual anak,tetapi juga mempengaruhi hal lain seperti
kemandirian,tanggung jawab,dan tata tertib.
Menurut
Dreeben,di sekolah anak harus belajar mandiri. Apabila di rumah anak dapat
mengharapkan bantuan orang tuanya dalam melakukan berbagai pekerjaan,maka di
sekolah sebagian besar tugas harus di lakukan sendiri dengan rasa penuh
tanggung jawab. Di sekolah ,kegiatan siswa dan penilaian terhadap kelakuan
meraka di batasi secara spesifik.
·
Media Massa
Media massa
merupakan bentuk komunikasi dan reakreasi yang menjangkau sejumlah besar orang.
Minat anak-anak dalam terhadap siaran di televisi yang menayangkan berbagai
jenis film,membuat media ini begitu dominan dalam proses sosialisasi karna anak
anak lebih banyak menghabiskan di depan layar televise di bandingkan dengan
waktu yang di gunakan untuk belajar. Penayangan film-film keras dan brutal
melalui televisi dapat menimbulkan prilaku dan menimbulkan prilaku yang
keras,selain itu dapat pula mempengaruhi sikap dan prilaku agresif pada
anak-anak. Iklan yang di tayangkan melalui televisi pun mempunyai potensi untuk
memicu perubahan pola konsumsi atau gaya hidup masyarakat. Pesan-pesan yang di
pelajari dari setiap prilaku sosialisasi tidak selalu sepadan satu dengan yang
lain. Apa yang dia ajarkan keluarga bias jadi berbeda dengan apa yang di
ajarkan oleh kelompok sepermainan atau sekolah. Contohnya seorang anak dilarang
keras oleh keluarganya menggunakan obat terlarang,sebab bias menbahayakan
tubuhnya. Namun,di lingkungan sepermainan anak itu tidak bisa menolak ajakan
temannya untuk mengkonsumsi obat terlarang.
sumber : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar